Jumat, 03 Mei 2013

Cerita histori makam Kauman

     Di daerah Desa Juwiran tepatnya didukuh Kauman terdapat makam yang konon ada 2 makam yang dapat disebut keramat, namun tidak kelihatan oleh umum karena memang masyarakat disitu seolah olah tidak memperhatikanya. Makam yang pertama kali ialah disebut "CIKALBAKAL" dengan nama KYAI AGENG SUROWINONGO. Menurut masyarakat disitu bahwa kyai Ageng Surowinongo adalah keplayu pada zaman perang brandal dari kerajaan MOJOPAHIT. Dapat dikatakan keramat, disini dapat dikatakan bahwa almarhum tidak satu, dua dan tiga, bahkan pada waktu itu banyak yang datang secara diam-diam untuk nyepi disitu yang perlunya mereka itu minta pekerjaan ( Nggayuh pangkat ) adapun hasilnya kebanyakan terkabul. Namun nyepi disitu modalnya harus bersih lahir batin dan mau menjalankan ibadah, karena sejarahnya pernah terjadi ada seseorang yang pernah nyepi disitu ternyata niatnya tidak terkabul dan seolah olah tidak dapat pulang karena badannya merasa sakit semua yang katanya juga didalam mereka nyepi dihajar oleh almarhum Kyai Ageng Surowinangun.
     Jadi jelasnya siapa saja yang berniat untuk nyepi disitu, pada waktu itu modalnya harus bersih lahir batin ( jasmani dan rohani ).




     Makam yang kedua ialah makam "KYAI AGENG KEDUNG SRENGENGE", almarhum lain dengan Kyai Ageng Surowinangun tersebut diatas, karena memang Kyai Ageng Kedung Srengene itu hanya melayani kepada siapapun yang ingin mencari keampuhan JOYO-KAWIJAYAN, dalam hal ini misalnya karosan olah kesentikan dan lain-lainya.
     Pada umumnya yang sering datang ke makam adalah orang-orang yang masih muda dan orang didaerah Juwiran dan sekitanya saja, karena dahulu memang belum begitu populer, bahkan sebenarnya masyarakat sekitar situ tidak ingin mempolulerkanya. Asal - usul almarhum Kyai Ageng Kedung Srengenge tersebut menurut cerita orang tua disitu, bahwa almarhum juga asli dari kerajaan MOJOPAHIT yang keplayu pada zaman perang brandal. Juga menurut sejarah, sekalipun sama dari Mojopahit antara Kyai Ageng Surowinangun dan Kyai Ageng Kedung Srengenge tetapi keduanya tidak dapat bersatu, adapun penyebabnya tidak diketahui pada masa itu.